Pengguna mobil di daerah perkotaan lebih menyukai mengemudi mobil transmisi otomatis atau matik karena lebih praktis dan nyaman. Anda tidak perlu lagi repot menginjak pedal kopling, khususnya saat berhadapan dengan jalan macet.
Masalahnya, masih banyak kesalahan yang kerap dilakukan sehingga berefek negatif bagi mobil dan keselamatan berkendara. Setidaknya ada delapan kesalahan yang sering ditemui pengendara mobil matik yang wajib dihilangkan karena dapat merugikan jalannya usaha Anda akibat mobil rusak.
1. Posisi Transmisi di D Saat Menunggu Lampu Merah
Dengan memposisikan tuas di D membuat torque converter tetap bekerja dalam membuat hubungan antara mesin dan transmisi. Padahal kondisi mesin dan lingkungan pasti sangat panas dan akan mempengaruhi usia pakai oli transmisi.
Tidak lupa, injakan pada pedal rem akan membuat kampas rem kepanasan dan bisa menyebabkan overheat. Dikhawatirkan pula ketika pengemudi lelah, injakan rem berkurang, mobil jalan dan menabrak mobil di depannya. Cukup masukkan gigi ke N dan tarik tuas rem parkir ketika menunggu lampu merah.
2. Dua Kaki Untuk Menginjak Pedal Rem dan Pedal Gas
Kaki kiri Anda tidak terbiasa menginjak pedal rem sehingga mengakibatkan feeling tidak terekam dengan baik. Akibatnya, bisa jadi melakukan pengereman terlalu keras atau bahkan tidak cukup kuat sehingga dapat menyebabkan kecelakaan.
Selain itu, perlakuan ini berbahaya sebab kontrol kendaraan menjadi sulit dan membuat kampas rem cepat habis lantaran kaki kiri secara tidak sadar akan menginjak pedal rem saat mobil berjalan. Cukup gunakan kaki kanan untuk menginjak kedua pedal tersebut.
3. Posisi Transmisi Selalu di D atau di L
Anda dapat mengombinasi antara posisi transmisi D dan L sesuai kondisi jalan. Jika selalu pakai L, kopling transmisi jadi panas karena posisi gigi tertahan di 1 sepanjang waktu. Namun posisi L atau gigi rendah lain seperti 2, 3, dan 4 efektif mengurangi laju mobil di jalan menurun.
Sedangkan jika selalu di D, khususnya saat turunan curam dan panjang, akan mengurangi efek engine brake sehingga mobil meluncur cepat. Dalam situasi seperti ini, risiko kecelakaan sangatlah besar lantaran rem mengalami gagal fungsi alias blong.
4. Kurang Hati-hati Saat Memindahkan Tuas Transmisi
Misal, saat ingin memundurkan mobil malah memasukkan gigi D, atau sebaliknya masuk ke R padahal mau maju. Ditambah kebiasaan buru-buru, sangat mungkin akan menyebabkan kecelakaan. Jelas berbahaya karena sudah ada kejadian mobil jatuh dari gedung parkir karena salah memasukkan gigi transmisi.
Oleh karenanya, sempatkan menoleh ke tuas transmisi untuk memastikan Anda sudah memasukkan posisi yang benar. Kebiasaan menoleh ke posisi gigi transmisi juga bisa dilakukan ketika mengemudi di jalan, atau melihat indikator posisi gigi di panel instrumen agar tidak mengalihkan perhatian dari jalan.
5. Derek Mobil Tapi Ban Penggerak Tidak Digantung
Masih banyak yang menderek mobil matik dengan ban penggerak tidak diangkat atau digantung. Saat mesin mati, otomatis pompa oli transmisi ikut mati sehingga tidak ada sirkulasi. Kondisi tersebut bisa membuat komponen dalam transmisi rusak karena dipaksa jalan tanpa ada lubrikasi.
Selain itu, kopling transmisi otomatis selalu terhubung dengan mesin yang membuat putaran dari roda diteruskan ke mesin. Padahal oli mesin juga tidak bekerja karena mesin mati. Makanya paling aman adalah dinaikkan ke mobil gendong atau towing car.
6. Lupa Injak Pedal Rem Saat Menyalakan Mesin
Dengan alasan safety, mesin mobil matik tidak bisa dinyalakan kalau Anda tidak menginjak pedal rem untuk menghindari mobil melompat. Selain menginjak pedal rem, selalu pastikan posisi tuas di P sebelum menyalakan mesin.
7. Parkir Paralel di Posisi P
Perilaku ini membuat mobil Anda tidak bisa didorong ketika mobil yang terhalang akan keluar dari lokasi parkir. Oleh karenanya pindahkan tuas transmisi ke N dengan terlebih dahulu menekan tuas shift lock. Bebaskan tuas rem parkir sembari memastikan mobil tidak bergerak.
8. Lupa Ganti Oli Transmisi Matik Sesuai Jadwal
Oli transmisi matik memiliki 2 fungsi penting yang wajib Anda pahami. Pertama adalah untuk mengendalikan kerja torque conventer sebagai salah satu komponen utama. Selain juga melumasi komponen bergerak di dalam sistem transmisi otomatis.
Oli juga bertugas melepaskan panas dari komponen bergerak di transmisi matik. Makanya, begitu oli matik bermasalah, kerja transmisi langsung terganggu dan kerusakan akan merembet ke berbagai komponen.
Sebaiknya mengganti oli transmisi otomatis di bengkel resmi atau langganan setiap 40.000 km atau 2 tahun, tergantung kondisi pemakaian.
Gunakan Prestone Automatic Transmission Fluid Series
Prestone Automatic Transmission Fluid (ATF) series sangat cocok digunakan oleh kendaraan-kendaraan segala usia di Indonesia, baik bensin maupun diesel. Bahan dasar Synthetic dan Fully Synthetic diformulasikan supaya dapat memenuhi spesifikasi Multi-Vehicle pada berbagai merek mobil yang beredar di Indonesia.
Prestone ATF memastikan proses perpindahan gigi yang selalu lancar dan halus dalam segala kondisi berkendara, khususnya di lalu lintas perkotaan dengan situasi stop and go yang tinggi. Panas komponen transmisi dapat dilepaskan dengan baik sehingga suhu kerjanya tetap stabil. Di lain pihak, respons transmisi dapat lebih sigap ketika harus berpindah cepat saat mobil dipacu.
Penggunaan bahan berkualitas memberikan pelumasan dan perlindungan menyeluruh pada komponen transmisi otomatis dari keausan akibat gesekan antar komponen. Dengan pengalaman panjang mengembangkan ATF di Indonesia, formula kimianya memiliki kesesuaian yang sangat baik dengan material transmisi otomatis sehingga umur parts lebih panjang. Ditambah, kemampuan menekan oksidasi untuk menghambat korosi di ruang transmisi.
1. Prestone Automatic Transmission Fluid High Viscosity (HV) Synthetic
Prestone Automatic Transmission Fluid High Viscosity (HV) Synthetic diklaim sangat cocok untuk mendukung kinerja transmisi otomatis di lingkungan kerja yang berat setiap hari. Pelumas yang dikembangkan untuk mobil yang beroperasi di Amerika, Eropa, dan Asia ini, memberikan perpindahan gigi transmisi yang halus dan minim entakan, baik untuk mobil dengan jarak tempuh rendah maupun tinggi. Bahannya diriset agar dapat menambah usia pakai transmisi berkat perlindungan maksimal yang diberikan.
2. Prestone Automatic Transmission Fluid Low Viscosity (LV) Fully Synthetic
Prestone Automatic Transmission Fluid Low Viscosity (LV) Fully Synthetic dapat dipakai oleh pemilik mobil yang sering berkendara di jalan yang lebih moderat. Low Viscosity Formula yang lebih encer, dapat membantu menghemat konsumsi bensin.
Pelumas ini dilengkapi formula yang dapat meningkatkan daya tahan gesekan supaya menghasilkan performa perpindahan gigi yang mulus. Dengan segala keunggulannya, ATF jenis LV ini memiliki usia pakai yang panjang.
3. Prestone CVT Fluid Fully Synthetic
Saat ini, adopsi transmisi CVT kian luas yang mencakup mesin dengan cc kecil hingga besar. Prestone CVT Fluid Fully Synthetic dengan bahan dasar berkualitas, meningkatkan perlindungan dari keausan dan korosi pada sabuk, rantai, dan puli CVT.
Pelumas ini mendukung perubahan rasio yang lebih halus dan pelepasan panas yang lebih optimal, serta memberikan konsumsi BBM lebih ekonomis bersama respons yang superior. Cairan ini dapat dipakai oleh mobil hybrid yang umumnya memanfaatkan transmisi CVT.