TIPS & TRIK
TIPS & TRIK
16-September-2025

TIDAK ADA KODE DALAM PENGGUNAAN LAMPU DIM, NYALAKAN SESUAI KEBUTUHAN DAN ETIKA DI JALAN

Lampu jauh atau lampu dim (high beam) sering kali digunakan oleh pengendara mobil sebagai isyarat atau kode. Di media sosial Instagram ada yang menggunggah video yang menjelaskan soal kode-kode ketika menggunakan lampu. 

Disebutkan bahwa mengedipkan lampu dim sekali, berarti ingin mendahului kendaraan yang ada di depan. Sedangkan jika lampu dim dikedipkan dua kali, ditujukan untuk mobil dari arah berlawanan agar mematikan lampu jauhnya. Jika lampu dim dikedipkan tiga kali, untuk menginformasikan mobil di depan mengalami masalah.

Meski demikian, sebenarnya kebiasaan tersebut tidak disarankan untuk diterapkan di jalan. Pasalnya, sebenarnya penggunaan lampu dim tidak ada aturan tertulis di peraturan hukum lalu lintas, tapi dikatakan hanya masuk ranah etika.

Pada dasarnya, lampu tembak sebaiknya digunakan untuk membantu pandangan yang terbatas di jalan yang minim lampu penerangan. Itupun jika ada kendaraan dari arah berlawanan harus segera dimatikan karena silau dan mengganggu pandangan para pengemudi lainnya. Apalagi dari arah berlawanan, sampai seperti buta sesaat. 

Secara informal, penggunaan high beam adalah kode untuk isyarat. Biasanya untuk meminta jalur bila akan mendahului kendaraan lain. Selain itu, sebagai warning atau peringatan untuk kendaraan dari arah berlawanan di jalan dua lajur dua arah. 

Ditambah, akan timbul beda persepsi yang akan menimbulkan kebingungan, bahkan bisa berujung konflik kalau merasa terganggu. Jadi, lampu-lampu tersebut sebaiknya diaktifkan untuk tujuan dasar saja, membantu visibilitas, memberitahukan jika akan berbelok, ada bahaya pada kondisi tertentu, dan lain-lain. 

Yang harus dipahami adalah etikanya. Kapan kode lampu tersebut dinyalakan dan apa kepentingannya. Mengingat pengetahuan dasar-dasar berkendara di di Indonesia masih lemah, sebaiknya tidak membuat aturan baru yang justru bisa salah kaprah.

Gunakan Prestone Brake Fluid DOT 4 yang Cocok Untuk Mobil Listrik

Masalah umum rem mobil adalah vapor lock, yaitu kondisi di mana suhu cairan rem melewati batas maksimal karena digunakan secara terus-menerus dalam kondisi berat. Cairan rem yang mendidih akan menghasilkan uap air di dalam sistem pengereman sehingga mengganggu tekanan hidraulis dan menyebabkan injakan pedal rem terasa hampa.

Suhu cairan rem bisa mencapai 150–180 derajat Celcius ketika beroperasi. Masalahnya, cairan rem memiliki sifat higroskopis akibat mudah menyerap air dari udara. Air yang masuk ke dalam sistem pengereman dapat menurunkan titik didih cairan rem. Sebagai informasi, kontribusi air 3% di cairan rem akan menurunkan titik didih hingga sekitar 100 derajat Celcius.

Titik didih Prestone Brake Fluid DOT 4 sebagai standar untuk EV atau mobil listrik adalah 265 derajat Celcius (kondisi baru). Bermodalkan hasil riset yang panjang di Indonesia, cairan rem Prestone sanggup menjaga kadar air dalam batas aman sehingga titik didihnya tidak mudah turun.

Diproduksi untuk wilayah tropis, cairan rem berkualitas ini memiliki kadar air di bawah ambang batas yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI) yakni 0,3%. Bahkan, penurunan performa akibat iklim tropis yang mencapai kelembapan hingga 80% pada produk Prestone yang masih tersegel pun tidak terjadi. 

Hal ini jelas menguntungkan karena mereduksi potensi timbulnya karat akibat oksidasi di dalam sistem rem mobil listrik. Prestone turut memberikan perlindungan korosi untuk semua logam dalam sistem rem, cocok untuk rem cakram dan tromol, serta bersinergi dengan fitur-fitur penting seperti ABS dan regenerative brake system.

       

Gatot Subroto KM 7 Jatake, Jati Uwung Tangerang, Banten 15136
+62(21)5900131
Sales[at]autochemindustry.com
Unicall 0-807-1-799-799

© Autochem Industry 2025. Maintained by kreasimaya. Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.