Banyak cara dilakukan pemilik mobil untuk meningkatkan performa kendaraannya. Salah satunya dengan mendongkrak oktan pada bahan bakar, yakni dengan menambahkan bahan kimia yang tidak umum dipakai. Contoh bubuk kapur barus (kamfer), metanol (spirtus) atau etanol (alkohol). Benarkah bahan itu bisa bikin kinerja mesin makin bagus? Atau justru malah ada efek samping negatifnya? Menambahkan bahan-bahan seperti disebut di atas, boleh dibilang adalah cara
Banyak cara dilakukan pemilik mobil untuk meningkatkan performa kendaraannya. Salah satunya dengan mendongkrak oktan pada bahan bakar, yakni dengan menambahkan bahan kimia yang tidak umum dipakai. Contoh bubuk kapur barus (kamfer), metanol (spirtus) atau etanol (alkohol). Benarkah bahan itu bisa bikin kinerja mesin makin bagus? Atau justru malah ada efek samping negatifnya?
Menambahkan bahan-bahan seperti disebut di atas, boleh dibilang adalah cara meningkatkan performa mesin mobil metode tradisional alias akal-akalan. “Efektivitas dan khasiatnya pun belum benar-benar teruji secara ilmiah. Kebanyakan sih, cuma dari testimoni atau info dari mulut ke mulut aja yang bilang efeknya bagus buat performa mesin atau bikin tenaga makin dahsyat,” bilang Ramdhan, mekanik dari bengkel mobil umum: Kawan Mobil di kawasan Serpong, Tangerang, Banten.
Bahkan, masih menurut Ramdhan, karena tidak ada hasil uji secara jelas dari laboratorium, sistem pencampurannya pun kadang tidak ada takaran yang pasti. Misal satu liter bensin ditambah 1 butir kapur barus yang sudah dihaluskan. “Memang sih, dulu kapur barus sering dimanfaatkan sebagai aditif untuk meningkatkan oktan bahan bakar. Seperti diulas panduanolimesinbbm.com, karena kapur barus ini umumnya terbuat dari senyawa Naftalen atau senyawa aromatik dari minyak bumi. Tapi sekarang, kapur barus sudah jarang pakai Naftalen, sebaliknya kebanyakan sudah pakai Para diklorobenzen (senyawa aromatik yang lebih beracun dari Naftalen). Senyawa ini juga berpotensi menghasilkan asam korosif yang berbahaya buat mesin mobil dan lingkungan,” urai Ramdhan.
Efek lain kalau kamfer dicampur ke bahan bakar, justru akan menghambat proses pembakaran bensin itu sendiri. Karena nilai titik didihnya beda dengan titik didih bensin. Kalau titik didih bensin ada di angka 27-200 derajat Celcius, sementara titik didih kamfer 218 derajat Celcius. Bahkan dominan bisa di bawah 190 derajat Celcius. “Konsekuensinya, berpotensi menghasilkan residu atau deposit arang pada proses pembakarannya,” cerita mekanik kalahiran Magelang, Jawa Tengah ini.
Dampak negatif lainnya, disebutkan, karena kapur barus memiliki angka melting point (titik leleh) yang tinggi, dimungkinkan akan menyumbat saluran filter bahan bakar, injektor dan komponen lainnya. Konsekuensinya, tenaga mesin malah loyo. Selain itu, emisi juga lebih tinggi. “Makanya, kalau pun mau meningkatkan oktan bahan bakar, lebih baik pakai bahan atau produk octan booster yang memang sudah melalui pengujian secara teknis di laboratorium. Karena mereka kan juga sudah melakukan riset yang tidak sembarangan. Salah satu produk yang bisa dijumpai adalah Prestone 0 - 60 Octana Booster.” AI